Sabtu, 28 Oktober 2017

Susah Senang

SUSAH-SENANG


Susah dan senang adalah kodrat kehidupan yang keduanya akan datang silih berganti dalam kehidupan manusia. Di atas bumi dan di kolong langit ini tidak ada barang yang pantas dicari, dihindari atau ditolak secara mati-matian. Meskipun demikian manusia itu tentu berusaha mati-matian untuk mencari, menghindari atau menolak sesuatu walaupun itu tidak sepantasnya dicari, ditolak atau dihindarinya.

BACA JUGA:TIPS MENJALANI HIDUP LEBIH BAIK

Pada waktu orang menginginkan sesuatu, pasti ia mengira atau berpendapat bahwa "jika keinginanku tercapai, tentulah aku bahagia dan senang selamanya; dan jika tidak tercapai tentulah aku celaka dan susah selamanya". Pendapat di atas tentu keliru dan salah.
Bukankah sudah beribu-ribu keinginannya yang tercapai, namun ia tetap saja tidak bahagia, melainkan senang sebentar, kemudian susah lagi? Juga sudah beribu-ribu keinginannya yang tidak tercapai namun ia tetap tidak celaka, melainkan bersusah hati sebentar kemudian senang kembali. Jadi pendapat tercapainya keinginan menyebabkan rasa bahagia atau tidak rercapainya keinginan menyebabkan rasa celaka jelaslah keliru. Tetapi setiap keinginan pasti disertai pendapat demikian.

Pokok persoalan yang menjadikan senang dan susah, biasanya adalah keinginan. Akan tetapi bukan tercapainya keinginan yang membuat kita senang selamanya, juga bukan gagalnya keinginan yang membuat kita susah selamanya, melainkan sudah dari hukum asalnya bahwa susah dan senang mesti ada dan datang silih berganti.
Kuncinya, manusia harus menerima hukum ini dulu. Hukum bahwa susah dan senang mesti dijalani bergantian. Penerimaan hukum ini akan mengantarkan manusia pada kelepasan, yaitu kondisi permakluman (merasa biasa saja) pada setiap peristiwa atau kejadian yang dialami, dan akhirnya menumbuhkan kedewasaan dalam menghadapinya karena susah dan senang pasti akan berlalu tidak terperangkap galau atau gelisah yang berlebihan. Saat mengalami kesusahan, tidak terlalu sedih atau menderita, saat mengalami kesenangan tidak gembira berlebihan. Wajar wajar saja semua dijadikan santai. Karena pasti ada masa pergantian.

Keinginan tercapai menimbulkan rasa senang, enak, lega, puas, tenang, gembira. Padahal keinginan ini bila tercapai pasti mulur, memanjang, dalam arti meningkat. Ini berarti hal yang diinginkan itu terus meningkat dan bertambah tak terbatas entah jumlahnya, mutunya sehingga tidak mudah tercapai dan menimbulkan susah jadi senang itu tidak terjadi terus menerus. Yang penting adalah bagaimana agar tidak diperbudak oleh keinginan kesadaran bahwa keinginan adalah sesuatu yang mulur, hendaknya disikapi dengan mencukupkan diri pada apa yang benar-benar menjadi kebutuhan.
Demikian juga rasa susah pun tidak tetap. Karena susah itu disebabkan tidak tercapainya keinginan yang berwujud rasa tidak enak, menyesal, kecewa, tersinggung, marah, malu, sakit, terganggu dan sebagainya. Padahal keinginan itu bila tidak tercapai pasti menyusut, dalam arti bahwa apa yang diinginkan itu berkurang baik dalam jumlah maupun mutunya, sehinggga dapat tercapai maka timbulah rasa senang. Misalnya orang lapar ingin makan, tentu dipilihnya lauk pauk yang serba lezat. Tetapi bila keinginannya tidak terpenuhi, ia pasti menyusut sehingga makan nasi dan garam saja sudah senang, bila tak ada makanan yang diperolehnya pasti keinginannya menyusut lagi sehingga dengan diteguk air saja, cukup sejuk lidahnya.
Jadi jelaslah bahwa senang dan susah itu tidak tetap. Sebab senang itu disebabkan karena keinginannya tercapai, dan keinginan seseorang pasti selalu bertamabah atau mulur sehingga yang diinginkan tidak mungkin tercapai maka timbulah rasa susah. Hal ini lah yang menyebabkan mengapa rasa hidup manusia itu sejak kecil hingga tua pasti bersifat sebnentar susah sebentar senang.
Maka dari itu ingatlah selalu kata-kata ini dalam hidup "yang ini pun akan berlalu" sehingga apapun yang terjadi entah senang ataupun susah ingatlah kembali kata-kata tersebut dengan begitu akhirnya tidak terlalu ngoyo dalam berusaha menggapai keinginan. Juga tidak akan sampai berputus asa saat keinginannya tidak tercapai. Dengan jiwa sersan (serius tapi santai), biasanya kehidupan akan dipenuhi kedamaian, dan justru cita-citanya akan tercapai dengan mudah. Bagaimana kalau tidak tercapai? Yah, biasa saja, suatu saat pasti tercapai. Toh, tercapai dan tidak tercapai, cuma soal gantian bukan? 
Ingat "yang ini pun akan berlalu".

Terimakasih telah membaca blog GWP KID semoga bermanfaat silahkan share dan coment. Apabila ada kesalahan dalam penulisan kata maupun kalimat yang tidak baik saya mohon maaf dan terimakasih. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Teknososiopreneurship Inovasi Teknologi untuk Menciptakan Dampak Sosial yang Berkelanjutan

  Teknososiopreneurship Inovasi Teknologi untuk Menciptakan Dampak Sosial yang Berkelanjutan ...